Bahagia dalam Lelah

Ada banyak perubahan yang terjadi semenjak saya melahirkan Dhuha, anak kedua saya. Paling terlihat adalah bentuk badan yang semakin mekar. Danisy, anak saya yang pertama saat ini berusia 25 bulan dan Dhuha berusia 8 bulan. Saya sangat bersyukur diberi kesempatan oleh Allah untuk mengasuh dan merawat mereka. Namun demikian, hal tersebut tidak mudah bagi saya. Padahal Ummi dan Mama mertua dulu juga merawat kami dengan jarak usia yang berdekatan.

Saya pernah bercita – cita menjadi Ibu Rumah Tangga yang penuh waktu mengurus rumah tangga dan anak – anaknya. Tapi siapa yang menyangka takdir mengantarkan ke profesi yang saya cinta menjalankannya. Anak – anak dan profesi, tentu saja saya lebih mencintai anak – anak saya, namun untuk meninggalkan pekerjaan saya belum mampu. Anak pertama saya sangat aktif, selain tidur dia tidak lelah berlari – lari sambil tertawa sepanjang waktu.

Sungguh dilema yang tak berkesudahan, padahal ini adalah masa – masa emas dimana saya harus tinggal mendampingi mereka. Sepulang kerja Dhuha akan menyambut saya dengan senyumannya, kalau Danisy pasti mengejar Ayahnya minta ditemani berlari di teras rumah Nenek saya. Ya, selama bekerja anak – anak diasuh tante dan sepupu saya. Masa kecil sayapun juga  besar bersama tante.

Tak jarang jika melihat tingkah Danisy yang menuntut untuk selalu jadi pusat perhatian, mereka berkomentar,”Wah, niru bundanya banget ini. Caper!”. Kalau ke rumah mertua melihat Danisy yang lasak, tidak habis pikir dia keturunan siapa. Ayahnya Danisy di masa kecil pendiam dan penurut. Kebiasaan Danisy yang suka buah, asam dan rempah juga plek ketiplek mengikuti saya. Dhuha, meskipun baru berusia 8 bulan sudah mulai terlihat ingin mengikuti apa saja yang dilakukan abangnya. Bahkan tingkat lasaknya ketika seusia abangnya lebih tinggi.

Dikaruniai dua bocah aktif memang melelahkan, tetapi juga rasa bahagia yang berlipat. Meskipun lisan berucap lelah, bukan berarti saya menyesal dan ingin berhenti. Ada masanya saya merasa sangat lelah, pada saat itu biasanya saya hanya butuh minuman hangat dan sebuah pelukan.

Comments