Ramadhan, bulan penuh ampunan dan rahmat, tiba-tiba saja datang seperti tamu yang kita tunggu-tunggu, tapi juga bikin kita sedikit cemas. Ini bulan penuh harapan, doa, dan kesempatan untuk menjadi lebih baik—tapi rasanya, kok ada aja hal-hal yang belum berhasil kita optimalkan? Masih ada rasa ‘if only I...’ yang kadang muncul di tengah malam. Kalau dipikir-pikir, perjalanan menuju Fitri (suci) itu nggak semudah yang kita bayangkan, ya.
Kita mungkin mengira bahwa Ramadhan adalah bulan untuk menjadi sosok yang sempurna. Bangun sahur dengan penuh semangat, berpuasa dengan penuh kesabaran, menjalankan ibadah tarawih tanpa terlewat satu pun, dan punya tilawah Al-Qur’an yang khusyuk setiap hari. Tapi kenyataannya? Hahaha, rasanya kita lebih sering bertanya-tanya, "If only I bisa tidur lebih awal, If only I nggak malas bangun sahur, If only I bisa lebih fokus waktu beribadah."
Di malam-malam yang sunyi, saat takbir subuh menyapa, kita mungkin merasa sudah cukup “Fitri” karena merasa telah menjalani banyak ibadah. Namun, di balik rasa syukur itu ada sedikit ‘tuntutan’ dalam diri: "Kenapa ya, kali ini rasanya kok kurang maksimal?" Begitu banyak kegiatan yang ingin dilakukan, target ibadah yang ingin tercapai, tetapi kita selalu merasa belum cukup. Dari sahur yang kadang masih ngeloyor, tarawih yang kadang dilewatkan, hingga tilawah yang tertunda-tunda. Kalau dihitung, ada banyak "if only" yang melintas. If only I bisa lebih disiplin. If only I bisa mengatur waktu lebih baik. If only I bisa lebih ikhlas menjalani ujian-ujian kecil selama puasa.
Tapi begitulah hidup, kan? Kadang perjalanan menuju kesucian (Fitri) itu penuh dengan rasa perjuangan dan introspeksi. Seperti halnya kita dalam perjalanan ibadah ini. Mungkin kita merasa belum cukup banyak, atau merasa banyak celah yang harus diperbaiki, namun justru di sana letak rahmat-Nya. Bukankah kita semua manusia yang tidak sempurna? Bukankah perjalanan menuju suci itu memang tidak mudah?
Tapi hey, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Bukankah Allah SWT juga mengatakan, "Sesungguhnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al-Baqarah: 286)? Jadi, kalau Ramadhan kali ini kita merasa belum optimal, mungkin itu adalah cara Allah mengingatkan kita untuk lebih rendah hati dan terus memperbaiki diri. Fitri bukan soal mencapai kesempurnaan dalam segala hal, tapi tentang keberanian kita untuk terus memperbaiki diri meski dengan segala kekurangan.
Tentu saja ada rasa sedikit pahit di hati ketika Ramadhan berakhir, karena kita merasa waktu begitu cepat berlalu, dan masih banyak kesempatan yang belum dimanfaatkan. Tapi, percayalah, itulah indahnya Ramadhan. Sebuah bulan yang mengajarkan kita untuk terus berusaha menjadi lebih baik, meski di setiap langkah kita selalu ada rasa “if only I...” yang mengiringi.
Jadi, jangan terlalu khawatir dengan semua ‘if only’ yang muncul. Pada akhirnya, kita semua tetap berusaha menuju yang lebih baik, dan itulah yang membuat perjalanan menuju Fitri ini menjadi indah. Sebagaimana setiap ibadah yang kita lakukan—meski tidak sempurna—tetaplah menjadi sebuah proses yang penuh berkah. Suci itu bukan hanya tentang seberapa banyak ibadah yang kita jalani, tapi tentang seberapa besar kesungguhan hati kita untuk mendekatkan diri pada-Nya.
Comments
Post a Comment