Kenapa Harus Aku? Perjuangan yang Tak Terlihat

Photo by mohamed abdelghaffar from Pexels

Banyak yang bilang aku ini poker face. Kebal tekanan, nggak gampang baper, dan tetap fokus kerja meskipun saat sekeliling sedang penuh drama. Bahkan, ada yang menjadikanku panutan dalam menghadapi konflik. “Kok bisa sih tetap kalem? Aku tuh kalau jadi kamu udah muntab!” ujar mereka. Aku cuma nyengir.

Mereka nggak tahu bahwa setiap pulang kerja, aku kadang menangis di balik pintu kamar. Bukan karena lemah, tapi karena otakku lelah menghadapi dunia yang penuh plot twist. Udah nggak kehitung berapa sesi konsultasi, mungkin kalau ada program membership, aku udah platinum.

Tapi, meskipun capek, semua itu worth it. Karena kalau aku tumbang, Siapa yang bakal tetap terlihat cool meski dalam hati penuh gejolak? Dan yang lebih penting, siapa yang bakal memantau drama kantor dengan ekspresi netral, padahal dalam hati sudah bikin analisis ala detektif?

Jadi, kenapa harus aku? Mungkin karena aku punya keahlian menyembunyikan stres di balik senyuman sok tegar. Atau mungkin, karena Tuhan tahu aku butuh cerita buat diceritakan nanti. Yang jelas, selama masih bisa senyum (meski hati meronta), aku akan tetap berdiri tegak. Setidaknya, sampai episode drama kantor atau tantrum apa bocil - bocil di rumah berikutnya dimulai.

Comments