Journey to Continue PhD Part 2 – IELTS Gratis dari DIKTI (2)

Menyambung Journey to Continue PhD Part 1 – IELTS Gratis dari DIKTI (1), kali ini Anis ingin berkisah terkait pengalaman Long Distance Marriage bersama suami sambil membawa Danisy yang saat itu berusia 5 bulan. Mudah – mudahan bisa bermanfaat untuk Ibu – ibu yang berniat mengikuti program ini, tapi terkendala bayi dan suami. It was hard, but it is not impossible. 





Long Distance Marriage | Belajar sama Bayi 
Dari jaman sma, semenjak boleh bepergian sendiri tanpa pengawasan orang tua Anis punya hobby jalan dan hunting makanan kuliner sendirian tanpa banyak perencanaan atau pemikiran mendalam. Ada waktu dan budget cukup, ngantongin izin orang tua, Berangkat! Begitu juga ketika memutuskan untuk mendaftar program ini, soundingnya udah dari tahun 2018 ke suami. 

Awalnya ikut tes TOEFL untuk daftar beasiswa Australian award, ternyata skornya masih kurang. Begitu dapat kabar dari rekan dosen pendaftaran PKBI sudah dibuka mulai merayu suami biar bisa ikut program ini, sambil meyakinkan tetap akan menyusui Danisy walaupun sambil belajar. 

I love him, and we have technology. So I didn’t expect I would miss him so much. Ternyata mix antara target nilai IELTS yang harus dicapai, mengurus bayi dan jauh dari keluarga sangat sangat menyiksa. Masalah jaringan kadang bikin komunikasi jadi tersendat yang mengakibatkan salah paham. Kuncinya titipkan hati pasangan pada dan juga anak pada Allah, karena #LayanganPutus lagi sangat hits saat itu.

Danis digendong sama Bude Nora


Mencari Day Care 
Ketika memutuskan untuk mendaftar program ini, Anis mulai hunting day care yang memungkinkan untuk menitip Danisy. Saat itu kriterianya adalah yang paling dekat dengan UM, balai bahasa tempat PKBI dilaksanakan. Sayangnya waktu dihubungi kuota untuk bayi di day care day care terdekat sudah tidak bisa menampung. Disini mulai muncul dilema apakah jadi pergi atau tidak, karena Anis berencana menyusui Danisy hingga genap 2 tahun. 

Akhirnya mulai memperluas pencarian yang paling tidak bisa lokasinya bisa dengan jarak tempuh maksimal 30 menit ke Balai Bahasa. Ada salah satu day care, Abu Ahmad Day Care yang berlokasi di Sawojajar yang menerima bayi usia lima bulan. Waktu itu karena Anis menyampaikan situasi Anis hanya berdua dengan bayi, Mbak Nora owner day care menawarkan salah satu kamar kosong mereka untuk ditinggali. 

Alhamdulillah, jadi berangkat. Perjalanan Day Care ke Balai Bahasa kalau pagi sekitar 20 sampai dengan 25 menit. Agak jauh memang, apalagi Anis ga punya kendaraan dan menggunakan Grab dan Gojeg sebagai sarana transportasi. Buat Ibu – ibu yang mau menitipkan Anaknya disini harus spare budget untuk ongkos PP ya. Tapi worth it, walaupun Day Carenya baru buka sekitar 2 tahun, dan pengelolaanya masih tradisional tapi pengelolanya cukup kooperatif untuk diajak kerja sama. Danisy Alhamdulillah happy dan sehat selama disana.

Bersama Mbah Uti dan Kakung


Perjuangan ASI 
Karena tinggal di Day Care jadi Anis bisa numpang kulkas dan freezer buat stok ASIP. Seperti biasa nenteng – nenteng Tas ASIP setiap belajar dan pumping setiap ISHOMA, dapat 300 s/d 250ml perhari. Selama disana juga gak pernah ikut nongkrong kecuali ada kelas ekstra mandiri, soalnya Danisy lebih suka disusui langsung dari ASIP. 

Bagi Ibu ibu yang sama – sama masih berjuang mengASIhi semangat ya. Hal tersebut masih memungkinkan untuk diwujudkan kok jika berniat mengikuti program ini. Rekan – rekan di PKBI juga sangat supportif, mulai dari mengajak makan makanan enak, memuji (hayoo..ngaku lohh…walaupun katanya gak boleh mengharapkan pengakuan manusia tapi kalau dipuji – puji sedemikian rupa bisa jadi booster ASI alami juga loh) Thank youuu rekan – rekan PKBI. 

Hal yang penting adalah jangan malu dan segan untuk pumping. InsyaAllah semesta akan mendukung. Wong itu perintah Allah untuk menyusui anak untuk menyusui bayi. Pasti selalu ada jalan. Meskipun begitu Anis juga gak saklek banget. Ada tiga hari dimana ASI seret banget, dimana pumping seharian Cuma dapat 70 sampai dengan 100ml. Saat itu mau gak mau Danisy harus disupport dengan susu formula. Tapi apa daya, dia gak doyan. Setelah follow IGnya @ovelove dan coba tips – tipsnya, Alhamdulillah produksi ASI lancar lagi. 

Mulai MPASI 
Danisy mulai MPASI usia 6 bulan. Pertama kali mulai MPASI senang sekali dia makannya lahap dan langsung tiga kali sehari. Tapi ternyata hanya bertahan gak sampe dua minggu dan Danisy kena diare yang menyebabkan BBnya turun dan waktu di dokter diindikasi terkena stunting karena lingkar kepalanya saat itu masih lingkar kepalanya masih ukuran anak usia 3 bulan. Padahal waktu itu Danisy sudah hamper 7 bulan. 

Down banget! Sudah mencoba berbagai jenis makanan paling hanya bertahan 4 hari sisanya Danisy harus dipaksa makan dan minum ASIP siang. Motoriknya tidak ada masalah karena Danisy lincah dan ceria, tapi BB susah naik. Kalau sebelumnya Danisy dikasi bubur home made ataupun fortfikasi, akhirnya Danisy lebih banyak dikasi alpukat. Karena cuma makan alpukat Danisy ga pernah nolak. Buburpun diberikan sebagai sampingan. 

2 pekan terakhir sebelum pulang baru ketauan kalau Danisy sukanya makan makanan orang dewasa, seperti telur, ikan, nasi, kentang yang tidak dijadikan bubur. Padahal giginya belum tumbuh, tapi daripada idealis harus menu lengkap akhirnya Anis kasi aja Danisy makan nasi dan telur ataupun ikan tanpa diperhalus. 

next akan diupdate ketika sudah dipublish
Journey to Continue PhD Part 3 – IELTS Gratis dari DIKTI (3)

Daftar Day Care di Malang 
Dekat UM 

TPA Melati 
Jl. Surakarta No. 7C, Sumbersari, Kec. Lowokwaru 
085259460066 

Tsa Samuphahita Malang 
Jl. Veteran, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru 
(0341) 582323 – 085739092607 

Sawojajar 
Abu Ahmad Day Care 
Jl. Selat Sunda III No. D3-49, Lesanpuro Kec. KedungKandang 
08561510653

Comments