TWENTY-SOMETHING MOM PART 1

Cerita ini bersambung, awalnya mau akan saya ikutkan ke antologi terbaru Rumbel Literasi IPSU. Tapi gak ketemu deadline.

Saat itu saya hanya anak muda kebanyakan. Ingin hidupnya bermanfaat, tetapi lebih banyak menonton drama korea dan membaca komik. Istilah kekinian mungkin adalah kaum rebahan. Sesekali menjadi volunteer, mengajar anak – anak yatim dan Dhuafa atau menjadi panitia event – event terkait Pendidikan. Hal tersebut rutin saya lakukan semasa kuliah. Mimpi saya sejak dulu adalah mengelilingi dunia. Menulis dan berkeliling dunia mengenal manusia dan budaya yang berbeda dari bumi yang saya injak saat ini. Tapi saya terlalu malu untuk mengungkapkannya, karena berkeliling dunia butuh biaya. Dan saya tidak cukup ngotot untuk mempersiapkannya.

Selepas kuliah S1 adalah masa paling suram dalam hidup saya. Mencoba berbisnis dan berkali – kali dimodali orang tua namun tidak ada yang membuahkan hasil. Melamar kerja tidak ada yang menerima. Giliran diterima gajinya bahkan tidak menyamai uang bulanan yang diberikan orang tua. Saya merasa kerdil dan merasa apakah hanya segini nilai saya? Orang tua menyuruh saya untuk melanjutkan S2. Tentu saja saya menolak. Saya tidak suka belajar formal. Bisa sampai di titik saya lulus S1 menurut saya adalah prestasi terbesar selama hidup saya saat itu.

Buya, sebutan saya untuk Ayah. Beliau menginginkan saya untuk menjadi dosen – pekerjaan di ranah publik yang memungkinkan bagi seorang wanita adalah menjadi seorang pendidik.

“Anis nanti akan menjadi seorang Ibu. Kalau jadi dosen waktu kerjanya lebih fleksibel daripada kerja di Bank atau instansi pemerintah.”

Buya adalah seorang muballigh yang biasa menyampaikan ceramah di komunitas – komunitas masyarakat. Dulu sebelum syarat menjadi dosen wajib menyelesaikan S2 Buya juga pernah menjadi dosen tamu di beberapa universitas. Jadi para dosen jangan marah ya, Saya dan Buya juga baru tahu, meskipun jam kerjanya lebih fleksibel daripada pekerjaan yang lain, ternyata ada juga dosen yang jam kerjanya seperti jam kantor kebanyakan. Misal: Dosen yang diamanahi jabatan di Fakultas ataupun di Lembaga Universitas,

Saya akhirnya melanjutkan S2 dan selepas tamat, Buya kembali mengutarakan keinginannya agar saya bekerja menjadi dosen saja. Saya menjanjikan hanya satu tahun saja, untuk mewujudkan keinginan Buya. Setelah itu dengan modal gaji yang saya sisihkan saya ingin berkeliling dunia sambil memutuskan langkah apa yang ingin saya ambil dalam hidup. Setelah melamar kebeberapa Universitas dan Sekolah Tinggi saya akhirnya diterima menjadi dosen. Satu tahun menjadi dosen, Qodarullah saya diamanahi sebagai Sekretaris program studi yang bekerja dari Senin s/d Sabtu. Ditahun tersebut saya sudah menikmati menjadi dosen, sehingga komitmen saya untuk menjadi dosen selama satu tahun gugur dengan sendirinya.

Saat itu tahun 2017 dan saya belum menikah. Bahkan memikirkannya pun tidak. Meskipun tidak memikirkannya tentu saja keluarga dan kerabat mulai grasa – grusu. Usia saya sudah hampir 30 tahun. Akhirnya, saya beberapa kali berkenalan dengan tujuan menikah, sekedar untuk menghargai yang mencarikan saya calon suami. Saya tidak benar – benar ingin menikah. Karena saat itu saya berkeinginan melanjutkan studi S3 diluar negeri sebagai pengganti mimpi saya berkeliling dunia. Pikir saya, saya tidak mau dibebani dengan memikirkan keluarga ketika melanjutkan studi.

Manusia bisa merencanakan. Pada akhirnya rencana Allah juga yang terlaksana. Pada bulan Oktober 2017 saya dikenalkan teman dengan seorang laki – laki. Teman saya juga seorang dosen. Waktu itu beliau bersama suaminya mengajak saya dan laki – laki tersebut bertemu di Pizza Hut Krakatau. Tidak ada pembicaraan yang istimewa. Diapun lebih banyak diam. Tak disangka beberapa hari kemudian dia menghubungi saya dan menanyakan kriteria seperti apa yang saya inginkan untuk dijadikan suami. Jika saya serius maka ia ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Hal paling penting yang saya konfirmasi saat itu adalah, saya menginginkan suami yang mendukung cita – cita saya untuk melanjutkan studi S3 keluar negeri. Ia menyetujuinya. Tidak ada untuk menolak akhirnya di pada tanggal 24 Desember saya menerima pinangannya dan di tanggal 15 April 2018 kamipun melangsungkan akad pernikahan yang sederhana. Sesederhana proses kami selama merencanakan pernikahan.

Comments