TWENTY-SOMETHING MOM PART 3


Waktunya berangkat, saya senang campur cemas karena harus berpisah dengan suami dan keluarga. Waktu itu saya tidak berpikir banyak tentang membawa anak bayi berdua saja. Di pesawat Danisy tidak rewel, malah tertidur nyenyak sekali. Tidak ada kendala berarti. Setibanya di Malang saya menginap di homestay. Perasaan saya aneh mendatangi tempat baru, akhirnya saya menghidupkan murottal non-stop. Saya mulai membereskan barang – barang yang saya packing dari Medan. Ternyata cukup banyak juga barang – barang yang harus dibeli untuk keperluan sehari -hari.

Tidak mungkin saya belanja sambil membawa Danisy untuk belanja banyak. Akhirnya saya tidurkan dia dan belanja di toko yang ada didepan home stay. Selama belanja saya tidak tenang karena meninggalkan Danisy sendirian. Benar saja, ketika kembali dia sudah menangis dengan kencang. Setelah saya periksa ternyata Danisy mencret dan suhu badannya agak hangat. Pertama kali saya jauh dari keluarga dan pertama kali Danisy terkena demam. Saat itu saya merasa sendirian. Saya hanya menangis dan memeluk Danisy.

Esoknya saya pergi ke Daycare tempat saya dan Danisy tinggal. Ownernya sepantaran dengan saya. Di lantai atas tinggal orang tua dan adiknya. Saya seperti kembali ke rumah, karena mereka semua ramah sekali. Tapi suhu badan Danisy semakin tinggi. Saya memutuskan untuk kerumah sakit menjelang waktu Ashar. Saya memesan taksi online untuk pergi ke rumah sakit umum terdekat. Ternyata waktu pendaftaran sudah habis dan saya dirujuk ke rumah sakit lain. Danisy mulai rewel dipelukan saya.

Saat itu saya hanya bisa menangis dalam hati. Ya Allah, gini amat ya berdua sama bayi di kota orang. Sambil menggendong Danisy saya menunggu dokter yang datang hampir menjelang Maghrib. Beliau mengatakan Danisy dehidrasi. Saya tidak paham karena ia sering menyusu. Kemudian saya panik karena besoknya program Bahasa di UM sudah dimulai. Saya utarakan ke dokter, dan beliau bilang obat terbaik untuk Ananda saat ini adalah air susu ibunya, jadi beliau memberikan saya surat rekomendasi untuk tidak menghadiri pertemuan karena harus menyusui Danisy seharian full sambil mengobservasi jumlah air pipisnya. Tiga bulan penuh disana, Danisy sempat divonis mengalami gejala stunting oleh Dokter spesialis anak yang saya datangi untuk melihat tumbuh kembangnya. Meskipun saya selalu pumping asi selama belajar, Danisy memang tidak mau minum banyak selama saya tinggal. Dia lebih suka metode menyusui langsung. Bahkan ketika di bulan kedua tinggal di Malang dan ia mulai MPASI, Danisy tidak begitu mau makan MPASI yang saya buatkan ataupun MPASI fortifikasi. Ia hanya mau makan buah alpukat dan telur asin.

Bersambung ke Twenty Something Part 4

Comments