Photo by Khats Cassim from Pexels
Udara Ramadan terasa hangat, namun hatik gelisah. Layar ponsel menampilkan berita suram: IHSG merosot tajam; pengesahan UU TNI yang kontroversial memicu kekhawatiran akan kembalinya dwifungsi ABRI; kritik terhadap pemerintah kian nyaring, tak jarang bernada hujatan. Aku terdiam sejenak, teringat bahwa malam ini adalah peringatan Nuzulul Quran – momen ketika cahaya petunjuk Ilahi pertama kali diturunkan di tengah kegelapan zaman.
Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak hati. Begitu banyak suara membelah negeri belakangan ini. Media sosial ramai oleh silang pendapat; di warung kopi orang-orang berdebat sengit soal arah bangsa. Rasa khawatir, marah, dan kecewa berbaur jadi satu. Namun dalam hening malam Nuzulul Quran, saya merenung: apa yang sebenarnya Al-Quran ajarkan saat negeri sedang gaduh oleh masalah sosial-politik?
Ingatanku melayang pada pesan-pesan Al-Quran yang menyejukkan. Allah SWT menurunkan Al-Quran sebagai cahaya dan pedoman hidup, termasuk untuk masa penuh ujian seperti sekarang. Al-Quran mengajarkan sikap bijak: kritis namun tidak mencaci, mengedepankan doa dan introspeksi daripada kebencian. Pada malam Nuzulul Quran ini, pesan itu terasa begitu nyata. Di tengah kegaduhan, Al-Quran seakan berbisik mengajak kita menenangkan diri sejenak, memandang persoalan dengan kepala dingin dan hati jernih.
Firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 59 terlintas di benak: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul serta ulil amri di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul...” (QS An-Nisa:59). Ayat ini mengingatkan bahwa kita wajib menaati Allah, Rasul, dan pemimpin, namun jika berselisih paham, hendaknya kembali kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks sekarang, ini berarti kritik dan perbedaan pandangan harus disikapi dengan menjunjung nilai-nilai agama seperti keadilan, kesabaran, dan saling menghormati. Bukan dengan makian atau kemarahan buta.
Aku juga teringat teguran Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 11–12: kita dilarang mengolok-olok, menghina, berprasangka buruk, maupun bergunjing satu sama lain. Firman-Nya, “Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain... dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk,” (QS Al-Hujurat:11). Pada ayat berikutnya ditegaskan, “Jauhilah banyak dari prasangka... dan janganlah kamu saling bergunjing,” (QS Al-Hujurat:12). Betapa relevannya nasihat ini di era media sosial, di mana perbedaan pendapat mudah sekali berubah menjadi cacian personal. Al-Quran yang turun 14 abad lalu sudah mewanti-wanti kita untuk menjaga lisan dan sikap, agar kritik tidak menjelma fitnah atau kebencian.
Kita boleh kecewa terhadap kondisi bangsa, namun bukan berarti bebas melampiaskan amarah dengan hinaan. Intinya, Al-Quran menuntun kita menyampaikan kritik dengan tegas namun hormat, sambil mendoakan kebaikan. Alih-alih terus mengumpat dalam amarah, lebih baik kita memohon petunjuk dan pertolongan-Nya bagi para pemimpin serta seluruh rakyat negeri ini.
Pada akhirnya, peringatan Nuzulul Quran ini menjadi muhasabah bagiku pribadi. Di tengah kegelisahan akan kondisi bangsa, Al-Quran selalu menawarkan jalan yang teduh. Alih-alih terlarut dalam kebencian, rasanya seperti diingatkan untuk introspeksi: sudahkah diri ini berkontribusi positif dan menjalankan nilai-nilai Al-Quran dalam menyikapi masalah? Perubahan yang kita dambakan untuk Indonesia dimulai dari kita sendiri: dari cara kita berpikir, berkata, dan bersikap sesuai ajaran Ilahi.
Malam semakin larut. Sayup terdengar lantunan ayat suci dari masjid terdekat. Hatiku terasa lebih tenang. Dalam gelapnya tantangan sosial-politik yang kita hadapi, cahaya Al-Quran tak pernah padam menerangi nurani. Peringatan Nuzulul Quran mengajak kita untuk meresapi kembali tuntunan-Nya: agar di tengah kegalauan negeri, kita memilih jalan damai dan bijak. Mari mendoakan bangsa sembari terus memperbaiki diri. Semoga dengan itu, kita menemukan secercah terang dan harapan bagi Indonesia – karena cahaya Al-Quran selalu ada bagi hati yang mau mendengarkan.
Comments
Post a Comment